Pemekaran Tangerang Barat, HARGA MATI

Minggu, 26 September 2010

Tolong...Jangan beritahu Istriku

Aku hanya diam
ketika dia berkata :"Mas Alhamdulillah Positif"
melihat senyumnya, dan kebahagiaan di wajahnya
aku hanya bisa diam
ketika sekali lagi dokter meyakinkannya
benar anda positif dan sudah enam minggu

Kegelisahan menyelimutiku
Galau, Ragu, Hampa
Entahlah apa itu namanya

Tolong Jangan Beritahu Istriku
Jika aku takut menjadi Ayah dari anakku nanti
takut tanamkan kesederhanaan di dalam jiwanya
takut tancapkan tauhid di dalam jiwanya
takut kuatkan kemandirian di dalam jiwanya
Takut jadikan ia keras seperti besi
takut ajarkan ia ringan seperti angin




Sabtu, 28 Agustus 2010

BATU BESAR

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk quiz." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.
Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?" Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!" Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak." "Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" "Belum!" sahut seluruh kelas. Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?" Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya." "Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya.
Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya." Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda? Anak-anak anda; Pasangan anda; Pendidikan anda; Hal-hal yang penting dalam hidup anda; Mengajarkan sesuatu pada orang lain; Melakukan pekerjaan yang kau cintai; Waktu untuk diri sendiri; Kesehatan anda; Teman anda ; atau semua yang berharga. Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau Anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan, dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting. Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri: "Apakah 'Batu Besar' dalam hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali."

"Meja, Kayu"

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Teman, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka ada peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

"LUKA"

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari.
Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar. Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.
Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata : Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada dipagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.
Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka.

Kamis, 29 Juli 2010

Boarding T-Shirt & Sweeter






Kaos dan Sweeter Boarding dari Bandung
Harga Rp. 75.000
Hubungi Chris di 085715797748 atau 0816743406

Jumat, 14 Agustus 2009

Amalan di Bulan Ramadhan

1. Membaca Al Qur’an

Allah Ta’ala berfirman:
“Bulan Ramadhan itulah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan membedakan antara yang hak dan yang bathil. Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al Baqarah:185)

Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Qur’an) dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Al Faathir:29-30)

Membaca Al Qur’an ada dua macam : membaca lafadznya (hurufnya) saja dan membaca hukumnya dengan mengimani serta mengamalkan isinya. Yang kedua inilah tujuan di turunkannya Al Qur’an.

Al Qur’an mengandung berbagai obat dan kesembuhan bagi hati dan anggota tubuh lainnya dari segala penyakit.

Allah Ta’ala berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:57)

Allah Ta’ala juga berfirman:
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Israa’:82)

Allah Ta’ala juga berfirman:
“Katakanlah: Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Fushilat:44)

Barangsiapa yang mempelajari Al Qur’an dan hatinya menyertainya dengan khusyu’, pasti akan mampu memandang kebenaran dan kebatilan, mampu membedakannya seperti ia mampu membedakan antara malam dan siang.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Orang yang terbaik diantara kamu adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, At Tirmidzi dan Abu Dawud)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Orang yang membaca Al Qur’an dengan lancar (dan benar tajwidnya) bersama para malaikat yang mulia lagi baik, sedang orang yang membaca Al Qur’an terbata-bata dan berat (kurang lancar), baginya dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Sesungguhnya orang yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al Qur’an) mendapat satu kebaikan dan dilipat gandakan sampai sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi, hasan shahih)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Mengapa salah seorang dari kamu tidak pergi ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua ayat dari kitab Allah, hal itu lebih baik baginya daripada dua ekor onta, tiga (ayat) lebih baik baginya daripada tiga (ekor onta), empat (ayat) lebih baik baginya daripada (empat ekor) onta dan sejumlah bilangannya (ayat) (lebih) baik dari onta.” (HR. At Tirmidzi, hasan shahih)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya pada hari kiamat nanti ia akan datang untuk memberi syafaat kepada para pembacanya (yang mengamalkan)”. (HR. Muslim)

Dalam membaca Al Qur’an hendaklah kita tidak terburu-buru dan hanya mengejar khatam saja, akan tetapi kita meresapi dan merenungkan isi serta kandungannya. Sebagaimana para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka tidak melampaui sepuluh ayat sebelum paham dan mengamalkannya. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “Membaca satu surat dengan tartil (dengan penghayatan dan tadabbur) lebih aku sukai dari pada membaca Al Qur’an seluruhnya (dengan cepat tanpa penghayatan dan tadabur).”

Allah Ta’ala berfirman:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS.Muhammad:24)

Khabbab radhiallahu ‘anhu berkata: “Bertaqarrublah kepada Allah semampumu! Ketahuilah sesuatu yang paling disukai oleh Allah untuk bertaqarrub kepada-Nya adalah kalam-Nya (membaca Al Qur’an).”

Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu berkata: “Andaikan hatimu itu bersih, pasti tidak akan pernah kering dari kalam Rabb-mu (ingin selalu membaca Al Qur’an).”

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa ingin mengetahui bahwa ia cinta kepada Allah, maka hendaklah mengukur dirinya dengan Al Qur’an. Jika ia cinta kepada Al Qur’an, berarti cinta kepada Allah, karena Al Qur’an adalah kalam Allah.”

2. Memelihara Shalat Sunnah Rawatib

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Tiadalah seorang hamba muslim yang shalat karena Allah setiap hari dua belas raka’at, (shalat) thathawwu’ (sunnah) bukan fardhu, melainkan Allah membangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)

3. Mengerjakan Shalat Dhuha

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Shalat Dhuha adalah Shalatul Awwaabiin (shalatnya orang-orang yang selalu kembali kepada Allah).” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, hadits shahih)

4. Berdzikir Setelah Shalat Subuh Sampai Matahari Terbit lalu Shalat Dua Rakaat

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa shalat subuh berjama’ah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit kemudian shalat dua raka’at, hal itu baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna. (HR. At Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihl Jami no. 6346)

5. Memperbanyak Berdzikir

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan :

Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) Dalam sehari seratus kali, niscaya ucapannya itu menyamai pahala membebaskan sepuluh budak. Juga, ditulis baginya seratus kebaikan dan dihapus darinya seratus kejelekan. Juga, dalam sehari itu dia dijaga dari setan sampai sore harinya. Tidak ada seorang pun yang mengamalkan sesuatu yang lebih baik darinya selain seseorang yang mengucapkan lebih banyak darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jabir Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan : Subhanallah Wa Bi Hamdihi
(Mahasuci Allah dengan segala pujian bagi-Nya) niscaya ditanamkan baginya sebatang pohon kurma di surga.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim, hadits shahih)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Barangsiapa mengucapkan Subhanallah Wa Bi Hamdihi
dalam sehari seratus kali, niscaya dihapus kesalahannya walau sebanyak buih (busa) di lautan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan dan mendatangkan cinta Ar Rahman
"Subhanallah Wa Bi Hamdihi, Subhanallahil Azhim"

(Mahasuci Allah dengan segala pujian baginya, Maha Suci Allah yang Maha Agung).” (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Memperbanyak Istighfar

Allah memuji orang yang melakukannya:
“Dan orang-orang yang selalu beristighfar pada waktu sahur (penghujung malam).” (QS. Ali Imran:17)

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata: “Dalam satu majelis kami menghitung Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebanyak seratus kali mengucapkan
(Wahai Rabb, ampuni dan terimalah taubat hamba, sesungguhnya Engkau adalah Maha Menerima taubat dan Maha Pengampun).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah. Hadits shahih)

8. Bershalawat dan Salam Kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-MalaikatNya bershalawat untuk Nabi. hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab:56)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, At Tirmidzi, Abu Dawud dan an Nasa’i)

9. Bersedekah

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Shadaqatus Sirr (sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi) memadamkan kemarahan Rabb.” (HR. Al Baihaqi, dan dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’ 1453)

Dan masih banyak lagi amal kebaikan lainnya, semoga Allah mempermudah kita untuk mengamalkannya, Amien.

Maraji’: Kitab Fiqih Ramadhan, oleh Ustadz Abdullah Sholeh Al Hadromi, penerbit Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khatimah, Malang

Senin, 22 Juni 2009

Kembali ke Pendidikan Salafi

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru/Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku/Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku/Sebagai prasasti terima kasihku/Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan/Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan/Engkau patriot pahlawan bangsa/Tanpa tanda jasa
Sabtu tanggal 20 Juni 2009 TKA - TPA Elrasied melaksanakan Wisuda Kelulusan TKA dan Kelulusan Iqra TPA, sebuah ceremony yang di hadiri oleh beberapa pengurus serta Guru pengakar, Acara yang ditemani oleh tangis keharuan para Guru melepas kelulusan Santrinya, setelah selama 1 tahun kegiatan belajar mengajar, Awal tujuan kami membangun sekolah ini adalah sebagai sebuah alternatif sekolah untuk masyarakat yang kurang mampu juga kurikulumnya kembali ke salafiyah (mengajar mereka Akhlakul Karimah, Mengaji, Menghapal juz Amma, mengajarkan untuk bersedekah, Mengenalkan Nabi dan para sahabat melalui Sirah Nabawiyah), bukan kami anti pendidikan modern, tapi karena kami menyadari terjadi pergeseran paradigma para orangtua dalam mendidik anaknya, mereka lebih menekankan pendidikan keduniawian daripada pendidikan Keagamaan, kita dapat perhatikan saat ini betapa sangat minimnya pendidikan keagamaan diajarkan ke setiap anak sejak dini, kami hanya ingin menguatkan Ketauhidan mereka sehingga ketika besar nanti mereka sudah memiliki bekal keagamaan. Kami pun berharap untuk mendidik anak-anak tidak di serahkan kepada Guru, tapi setiap orangtua mempunyai kewajiban mendidik mereka di rumah, karena waktu mereka lebih banyak dihabiskan bersama Orangtuanya

Menjadikan Insan Rabbani yang Qur'ani